10+ Tips Meningkatkan Keamanan Website Anda dari Ancaman Digital

10+ Tips Meningkatkan Keamanan Website Anda dari Ancaman Digital

Membuat website bukan lah hal yang asing lagi bagi masyarakat modern di era digital. Mulai dari website gratisan seperti blogspot, hingga ‘mencicipi’ website hosting berbayar dengan dukungan CMS seperti WordPress, Joomla, Drupal, dan masih banyak lainnya, membuat pemilik bisnis semakin mudah untuk membangun website mereka dengan cepat dan efisien.

Sayangnya, kemudahan membangun website ini kerap tidak dibarengi dengan kesadaran pentingnya meningkatkan keamanan website (web security) di saat yang bersamaan. Banyak webmaster yang masih mengabaikan hal ini meskipun menyadari bahwa website adalah salah satu asset paling berharga mereka dalam bisnis.

Berbagai Ancaman Digital Siap Mengancam Keamanan Website Anda

Ternyata, tidak sedikit hal yang bisa mengancam keamanan website kita. Beberapa jenis ancaman yang kerap terjadi antara lain adalah :
1. Virus/ Malware
2. Spam
3. Bot
4. Hacker

ancaman digital

Dari keempat serangan ini, mana yang pernah Anda alami? Jangan menunggu sampai satu atau lebih dari mereka mempora- porandakan aset berharga Anda dalam bisnis.

11 Langkah Penting Meningkatkan Keamanan Website

Bayangkan jika Anda merasa sudah mempunyai website dengan domain yang sempurna dan website tersebut telah menjadi sangat vital untuk bisnis Anda. Dan suatu hari Anda kehilangan website tersebut karena serangan hacker yang selama ini tidak pernah Anda sangka- sangka. Apa akibat yang terjadi selanjutnya? Anda bukan hanya kehilangan sebuah asset berharga, tapi sekaligus bisnis Anda nyaris tumbang. Jangan sampai hal ini terjadi pada Anda!

Maka dari itu, penting sekali untuk meningkatkan keamanan website Anda dari ancaman digital yang bisa muncul sewaktu- waktu, baik itu dari serangan virus atau hacker. Sebagai pemilik website, berikut ini 10 langkah penting yang harus Anda lakukan :

1. Lakukan Update Website Secara Berkala

Banyak bot hacker yang bekerja secara otomatis dalam mengintai ‘mangsa’nya. Salah satu faktor yang membuat pekerjaan mereka menjadi semakin mudah adalah website yang perangkat lunaknya sudah usang dan tidak aman lagi untuk dijalankan. Maka dari itu, langkah awal yang harus Anda lakukan untuk mencegah peretasan adalah melakukan update situs Anda secara berkala sesegera mungkin saat plugin atau versi CMS baru tersedia.

Jika website Anda relatif jarang di-update dengan konten, misalnya situs bertipe Company Profile, Anda bisa menggunakan plugin WP Updates Notifier. Plugin ini akan membantu Anda mendapatkan notifikasi pembaruan plugin atau inti WordPress ke email Anda. Melakukan pengecekan website hanya sebulan sekali atau seminggu sekali bisa membahayakan website Anda jika bot hacker berhasil menemukan kerentanan dari website sebelum Anda berhasil menambalnya. Kecuali Anda menjalankan firewall situs web, melakukan pembaruan segera setelah update dirilis adalah hal yang sangat penting untuk keamanan website Anda.

2. Gunakan Kata Sandi yang Kuat

Menggunakan kata sandi yang kuat adalah point penting lainnya. Rekomendasi dari WP Engine, kata sandi yang digunakan webmaster seharusnya memenuhi tiga persyaratan utama yang harus diikuti, yaitu CLU (Complex, Long, Unique).

COMPLEX berarti kata sandi yang digunakan adalah acak atau rumit. Jangan gunakan kata sandi yang mudah ditebak orang lain, seperti tanggal lahir atau kata- kata yang nyata. Sebaliknya, Anda disarankan untuk memilih karakter acak yang merupakan perpaduan antara huruf besar, huruf kecil, angka, dan tanda baca.

LONG artinya kata sandi disarankan lebih dari 8 karakter. Kata sandi dengan 8 karakter akan lebih mudah menghentikan orang lain dari menebaknya hanya dalam beberapa kali percobaan. Maka dari itu, semakin panjang dan rumit kata sandi, maka ini akan semakin baik untuk keamanan website Anda.

Yang terakhir, kata sandi Anda harus memenuhi syarat UNIQUE atau unik. Kata sandi Anda sebaiknya tidak sama dengan kata sandi Anda di website atau akun lain yang Anda miliki di internet. Misalnya saja ada orang yang mengetahui kata sandi akun Facebook Anda, maka seharusnya mereka tidak bisa menggunakan password tersebut untuk mengakses website, email, atau akun internet banking Anda.

“Lalu bagaimana caranya mengingat 10 kata sandi berbeda sepanjang lebih dari 10 karakter?”
Anda tidak harus mengingat semuanya memang. Untuk membuatnya mudah, Anda bisa menggunakan pengelola kata sandi seperti “LastPass” (penggunaan secara online) atau “KeePass 2” (penggunaan secara offline). Anda bisa mempelajari lebih lanjut kelebihan dan kekurangan dua layanan ini dan mempertimbangkan salah satu dari keduanya untuk mengelola daftar kata sandi Anda.

3. Lakukan Backup Secara Berkala, Namun Tidak Menyimpannya di Server Situs Anda

Meski bukan hal yang kita inginkan, hal buruk bisa terjadi situs Anda kapan saja. Maka dari itu, penting untuk melakukan backup data situs Anda secara berkala. Namun, perlu diingat bahwa Anda sebaiknya Anda tidak menyimpan backup tersebut di server situs Anda. Backup ini selalu berisi versi CMS dan ekstensi yang tidak di- patch yang tersedia untuk umum sehinggai resiko keamanan menjadi semakin besar. Saat file backup Anda tersimpan di server, hal ini dapat memudahkan kerja peretas saat mengakses server Anda.

4. Gunakan Konsep Least Privileged

Jika Anda meng-hire beberapa penulis atau admin website, pastikan bahwa izin pengguna mereka sesuai dengan yang mereka perlukan untuk melakukan pekerjaan mereka. Jika suatu waktu mereka membutuhkan izin yang perlu ditingkatkan, Anda bisa memberikannya, lalu menguranginya kembali setelah pekerjaan tersebut selesai. Ini lah yang disebut dengan konsep Least Privileged.

Mengatur User Role di WordPress

Misalnya Anda mempunyai beberapa penulis untuk posting blog di situs Anda. Pastikan mereka tidak mempunyai hak administrator penuh atas situs Anda. Akun tersebut seharusnya hanya mempunyai otorisasi untuk membuat dan mengedit konten mereka sendiri, dan mereka tidak mempunyai akses untuk mengubah pengaturan situs website.

Pembatasan akses ini akan melindungi website Anda dari kerusakan yang tidak perlu serta mencegah website Anda dari penyalahgunaan dari pengguna ‘nakal’ secara langsung.

5. File Konfigurasi Server

Seorang admin web harus benar- benar mengenal file konfigruasi server situsnya. Server web Apache menggunakan file .htaccess, server Nginx menggunakan nginx.conf, sedangkan Microsoft IIS menggunakan web.config. File- file yang dapat ditemukan di root direktori situs ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk situs Anda karena bekerja menjalankan aturan server. Hal ini termasuk arahan untuk meningkatkan keamanan situs Anda.

Beberapa rekomendasi aturan untuk Anda tambahkan ke server adalah sebagai berikut :

  • Mencegah penjelejahan direktori (Prevent directory browsing), yaitu melakukan pembatasan informasi untuk mencegah pengguna jahat untuk melihat isi setiap direktori situs website Anda.
  • Mencegah hotlinking gambar (Prevent image hotlinking), yaitu mencegah situs web lain menampilkan gambar dari server web Anda. Jika ada orang yang menautkan gambar dari server Anda, bandwith dari paket hosting Anda mungkin akan cepat habis untuk menampilkan gambar untuk situs orang lain.
  • Lindung file sensitif (Protect sensitive files), yaitu melindungi file dan folder tertentu seperti file konfigurasi CMS yang berisi detail info masuk basis data dalam teks biasa. Untuk meningkatkan keamanan, mungkin Anda dapat mengunci lokasi admin area atau membatasi eksekusi PHP dalam direktori yang menyimpan gambar atau mengizinkan unggahan.

Selain tiga hal ini, ada juga rules dan opsi lain yang dapat Anda atur di file konfigurasi server untuk meningkatkan keamanan situs Anda.

6. Mengatur File Permission

File permission akan menentukan siapa yang bisa melakukan apa ke sebuah file di situs web Anda. Setiap file di server web akan mempunyai tiga jenis izin yang masing- masing menggunakan kode angka seperti :

  • Read (4), yaitu untuk dapat melihat isi file
  • Write (2), yaitu untuk dapat mengubah isi file
  • Execute (1), yaitu untuk menjalankan file program

Untuk mengatur beberapa izin/ permission secara bersamaan, Anda hanya perlu menambahkan angka bersama- sama. Misalnya jika Anda mengatur file tersebut untuk bisa membaca (4) sekaligus menulis (2), makai zin pengguna yang Anda berikan adalah 6. Jika izin pengguna adalah membaca (4), menulis (2), dan menjalankan (2), maka izin pengguna yang diberikan adalah 7.

Selain itu, ada juga tiga jenis user yang harus Anda ketahui, yaitu :

  • Owner, yaitu pemilik file (hanya satu orang yang bisa menjadi pemilik file)
  • Group, yaitu grup file dimana setiap pengguna yang merupakan bagian dari grup tersebut akan mendapatkan izin tersebut
  • Public, yaitu semua orang

Saat menginstall CMS, permission di file/ folder Anda akan mendapatkan konfigurasi secara default. Dengan panduan ini, Anda dapat mengubah izin file tersebut sesuai kebutuhan dengan mengutamakan faktor keamanan untuk situs web Anda.

7. Ubah Pengaturan Standar CMS

Meskipun mudah digunakan, aplikasi CMS seringkali masih kurang optimal dari persepektif keamanan. Serangan hacker yang paling sering terjadi terhadap sebuah situs seringkali terjadi secara otomatis dan hal ini banyak dipengaruhi oleh pengaturan default yang digunakan. Maka dari itu, Anda perlu mengubah beberapa pengaturan default saat menginstall CMS yang Anda pilih, seperti melakukan perubahan pada point 5 & 6 di atas.

Misalnya saja, secara default beberapa aplikasi CMS memungkinkan pengguna untuk bisa menginstall ekstensi apa pun yang mereka inginkan. Ada juga pengaturan yang mungkin perlu Anda lebih perhatikan dalam mengontrol komentar, izin pengguna (pengaturan permission), dan visibilitas informasi pengguna.

8. Pemilihan Ekstensi, Add On, & Plugin

Salah satu hal menarik dari penggunaan CMS adalah fleksibilitasnya. Ada banyak plugin, add-on, dan ekstensi yang menyediakan hampir semua fungsi yang Anda butuhkan. Sayangnya, fleksibilitas ini juga kerap menjadi pedang bermata dua. Tidak jarang Anda menemukan beberapa ekstensi yang menawarkan fungsi serupa dan membuat Anda bingung, mana yang sebaiknya Anda pilih?

Jika ini terjadi, maka yang sebaiknya Anda pilih adalah yang terakhir mendapatkan pembaruan. Jika pembaruan terakhir lebih dari beberapa tahun terakhir, dikawatirkan ekstensi tersebut telah berhenti dikerjakan oleh pengembangnya dan ini bisa meningkatkan resiko keamanan situs Anda kapan saja.

Berbanding terbalik dengan ekstensi yang secara aktif terupdate atau pengembang secara aktif memantau ekstensi tersebut. Jika Anda mengalami masalah keamanan atau bug terhadap ekstensi tersebut, maka laporan Anda akan mendapatkan dukungan dari pengembang dengan mudah.

Selain itu, Anda juga dapat mempertimbangkan usia ekstensi tersebut dan jumlah pengguna yang menginstallnya. Ekstensi yang dikembangkan oleh pengembang yang sudah ‘besar’ biasanya akan mempunyai lebih dari 100 pemasangan sejak pertama kali dirilis. Bagi pengembang tersebut, keamanan adalah hal yang sangat penting dalam mengembangkan ekstensi/ plugin sebelum akhirnya user gunakan.

9. Satu Situs = Satu Hosting

Paket hosting unlimited memang menggoda! Anda bisa membayangkan betapa hemat dan efisiennya mengatur situs- situs Anda dalam satu hosting saja. Namun sayangnya, hal ini sebenarnya adalah salah satu praktek keamanan terburuk dalam panduan web security. Mengapa? Karena menaruh beberapa situs dalam satu hosting berlokasi sama berpotensi menciptakan serangan hacker yang lebih besar. Serangan hacker yang dilancarkan terhadap instalasi CMS Anda dapat menyebar dengan sangat mudah saat banyak situs dihosting di lokasi yang sama.

Selain itu, proses pembersihan juga akan menjadi PR yang melelahkan saat hacker meretas semua situas Anda di saat yang bersamaan.  Selain memakan waktu, tingkat kesulitan juga lebih tinggi karena situs yang terinfeksi dapat terus menginfeksi satu sama lain dalam satu lingkaran tanpa akhir. Benar- benar melelahkan!

10. Menginstall SSL

SSL (Secure Sockets Layer) adalah protokol keamanan standar untuk membuat tautan ter-enkripsi antara server web dan browser dalam komunikasi online. SSL bekerja melakukan enkripsi komunikasi antara Titik A dan Titik B, yaitu antara server situs web dan browser.

SSL Certificate - Web Security

Salah satu peranan SSL dalam web security adalah melindungi informasi pribadi pengunjung, mengamankan transfer data, transaksi kartu kredit, dan data login. Untuk situs web e-Commerce atau web apapun yang menerima pengiriman formulir dengan data pengguna sensitif atau informasi identitas pribadi, mempunyai sertifikat SSL (SSL Certificate) sangat penting.

Saat sebuah website mempunyai SSL Certificate terpasang dengan benar di server, maka akan muncul ikon gembok hijau kecil yang tampil di sebelah kiri URL situs web di browser dan https akan muncul dengan warna hijau juga. Dengan SSL Certificate, pemilik situs web telah memberikan keamanan kepada pelanggan dan membuat mereka lebih betah untuk terus berada di situs web Anda dalam jangka waktu yang lebih lama.

Salah satu bukti nyata dari pentingnya SSL Certificate adalah update terbaru dari Google Chrome Juli 2018 yang akan memberikan peringatan situs tidak aman saat pengunjung menjelajah sebuah situs web yang belum terinstall dengan SSL Certificate.

11. Gunakan Layanan Hosting yang Terpercaya dan Berkualitas

Salah satu tolak ukur dalam menentukan hosting berkualitas dan terpercaya adalah kesadaran perusahaan hosting tersebut terhadap pentingnya web security. Pastikan layanan hosting Anda menyadari ancaman terhadap situs web itu nyata sehingga mereka mempunyai beberapa fitur andalan untuk meningkatan keamanan situs web Anda.

Sebelum memilih layanan hosting, baik lokal maupun luar negeri, coba lah untuk melakukan riset terhadap kualitas keamanannya. Pastikan provider hosting tersebut mendukung keamanan website dan handal di setiap kesempatan. Selain aman, pastikan juga kualitas server dan dukungan pelanggan hosting tersebut juga berkualitas.

Kesimpulan

Saat website adalah asset berharga dalam sebuah bisnis, membangun situs web dengan tingkat keamanan yang baik adalah sebuah keharusan. Jangan sampai kesadadaran Anda untuk meningkatkan web security ini baru bertumbuh saat Anda mengalami serangan hacker atau virus pada website Anda. Dengan meningkatkan keamanan situs web kita, mulai dari 11 langkah di atas, kita telah melindungi asset berharga kita dalam bisnis.

Apa Itu DNS? Pengertian, Cara Kerja, dan Cara Setting DNS

Apa Itu DNS? Pengertian, Cara Kerja, dan Cara Setting DNS

DNS atau Domain Name System merupakan bagian integral dari sebuah website. Dengan kehadiran DNS ini lah, pengunjung bisa leluasa mengunjungi sebuah laman web dengan mudah dan cepat.

Pasalnya jika tidak, pengguna harus menggunakan alamat IP website seperti 179.28.11.123 untuk mengakses sebuah website. Alamat website yang berbeda juga akan punya alamat IP yang berbeda. Tentu sangat merepotkan, bukan?

Tapi berkat kehadiran DNS, mengakses sebuah laman website menjadi sangat mudah! Kita tinggal mengetik alamat website seperti google.com atau pandagila.com dan …. Halaman website akan terbuka sesuai harapan.

Apa itu DNS?

Pengertian dari DNS adalah sistem yang menghubungkan alamat IP dengan nama domain yang mudah manusia ingat. DNS sendiri merupakan kepanjangan dari Domain Name System atau Sistem Nama Domain.

Pada awalnya, saatnya sistem ini belum ditemukan, pengguna perlu mengetikkan alamat IP untuk mengakses website. Cara ini tentu merepotkan karena tidak mudah untuk mengingat alamat IP atau kita perlu mempunyai daftar lengkap IP Address untuk berkunjung ke sebuah laman.

Namun dengan kehadiran sistem nama domain ini, kita kini tinggal mengingat nama domain dan mengetiknya ke address bar browser. DNS kemudian akan menerjemahkan domain tersebut ke IP Address dan menghubungkannya untuk menghadirkan situs web tujuan.

Misalnya untuk mengakses Google, sobat Panda tidak perlu menulis 172.217.0.142, melainkan cukup mengetik alamat domain google.com ke address bar.

Fungsi dan Manfaat DNS

Fungsi utama dari DNS adalah menerjemahkan nama domain menjadi alamat IP, yang memungkinkan perangkat untuk saling berkomunikasi di internet. Sederhananya, setidaknya ada tiga fungsi dari DNS :

  • Meminta informasi IP Address sebuah website berdasarkan nama domain.
  • Meminta informasi URL website berdasarkan IP Address yang pengguna akses.
  • Mencari server yang tepat untuk mengirimkan email.

Sedangkan manfaat DNS antara lain :

  • Memudahkan pengguna dalam mengakses situs web melalui nama domain yang mudah pengguna ingat.
  • Memungkinkan pengguna untuk mengelola alamat IP yang kompleks lewat nama domain yang lebih sederhana.
  • Mengidentifikasi alamat komputer di sebuah jaringan.
  • Mentranskripsikan hostname menjadi alamat IP dan sebaliknya.
  • Memfasilitasi proses pengiriman dan penerimaan email.
  • Mendistribusikan trafik secara merata di antara beberapa server dengan alamat IP yang sama.
  • Mengalihkan lalu lintas (redirection) pengguna dari lokasi tertentu ke server terdekat.

Mengenal Bagian- Bagian DNS

Apa itu Propagasi Domain dan Cara Mempercepat Propagasi Domain

DNS bekerja dengan cara mencocokkan nama komponen URL dengan komponen IP Address. Setiap URL dan IP Address masing- masing punya bagian yang terhubung satu sama lain. Bagian terpenting dari proses tersebut adalah DNS Server.

Analoginya saat kita berada di perpustakaan dan mencari buku berdasarkan kode yang menjelaskan tata letak buku tersebut. Kode buku perpustakaan yang disebut dengan DDS (Dewey Decimal System) terdiri dari kode buku, kode nama belakang penulis, dan kode tahun penerbitan buku.

Prinsip ini mirip dengan DNS. Namun, bagian dari buku ini disesuaikan dengan bagian- bagian URL yang menjadi susunan hierarki DNS. Setiap kode juga menjelaskan tentang bagian- bagian domain.

Lantas apa saja bagian- bagian dari Domain Name System ini? Berikut informasinya :

1. Recursive Resolver

Recursive Resolver merupakan perangkat atau server yang berfungsi mencari informasi alamat IP melalui DNS. Jika informasi ini tidak ditemukan di cache server, sistem akan melakukan pencarian melalui cache ISP.

2. Root Server

Root server merupakan database yang bisa menjawab deretan pertanyaan terkait nama domain dan alamat IP. Bagian DNS ini sendiri tidak punya semua informasi terkait hostname dan alamat IP. Kendati begitu, server ini bisa mengarahkan permintaan ke pihak lain yang mempunyai info tersebut.

Hingga kini ada 13 root server yang ada di dunia. Root server ini diurutkan secara alfabet dan dikelola oleh organisasi seperti ICANN, Verisign, Internet System Consortium, dan The US Army Research Lab.

3. Top-Level Domain (TLD) Name Server

TLD name server adalah server yang mengelola informasi untuk domain berekstensi TLD, seperti .com, .org, .co, dan lainnya. Dari root server, sistem akan menggunakan TLD untuk mendapatkan jenis informasi yang ingin pengguna cari.

4. Authoritative Name Server

Authoritative Name Server merupakan server yang mengelola informasi spesifik tentang domain tujuan. Jika informasi sudah sesuai, browser akan menampilkan halaman yang pengguna minta.

Untuk memastikan hasil yang relevan dan up-to-date, proses ini akan terjadi secara berulang dan berkelanjutan. Beberapa informasi juga akan disimpan dalam bentuk cache agar proses query berjalan lebih cepat.

Jenis- jenis DNS Record

DNS Record merupakan sebuah instruksi yang dibuat dan disimpan di server DNS. Instruksi ini sering juga kita sebut dengan Zone File dan menjadi catatan penting yang berkaitan dengan domain dan nama host.

Selain itu, DNS Record juga membantu server DNS untuk mengarahkan query ke tempat tujuan. Berikut beberapa jenis DNS Record yang umum kita jumpai beserta fungsinya :

  • A Record (Address Record) : Menyimpan informasi terkait hostname, time to live (TTL) dan IPv4 Address.
  • AAA Record (Quad A) : Menyimpan informasi hostname dan hubungannya dengan IPv6 Address.
  • CNAME Record : Canonical Name atau Alias yang merujuk ke domain atau subdomain lain, tapi tidak ke alamat IP. CName ini berguna untuk melakukan redirect domain atau subdomain ke sebuah IP Address.
  • ANAME : Record yang berguna untuk menunjukkan root level domain ke hostname atau FQDN.
  • MX Record : Merekam server SMTP yang mengelola proses saling berkirim email di suatu domain.
  • NS Record : Merujuk subdomain pada Authoritative Nameserver yang pengguna inginkan. Record ini berfungsi saat subdomain Anda mempunyai hosting web berbeda dengan domain.
  • PTR Record : Memberikan izin pada DNS Resolver untuk menyediakan informasi terkait IP Address dan menampilkan hostname (Reverse DNS Lookup).
  • CERT Record : Menyimpan sertifikat enkripsi (sertifikat keamanan pada SSL/TLS).
  • SRV Record : Menyimpan informasi terkait lokasi komunikasi, seperti Priority, Mame, Weight, Points, Port, dan  TTL.
  • TXT Record : Membawa dan mendistribusikan data yang hanya dibaca oleh mesin.
  • SOA Record : Merupakan bagian yang muncul di awal dokumen DNS zone. Bagian ini merujuk pada Authoritative Name Server serta informasi lengkap sebuah domain.

Cara Kerja DNS

Setelah mengetahui tentang apa itu DNS, bagian dan jenis- jenisnya, penting juga untuk mengetahui bagaimana cara kerja DNS. Proses kerja Domain Name System sendiri melibatkan beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut :

  1. Pencarian di Caching DNS
    Sebelum melakukan pencarian lebih lanjut, caching DNS akan berupaya mencari data di cache lokal terlebih dahulu.
  2. Proses di Recursive DNS
    Jika tidak menemukan data di cache, Recursive DNS akan melakukan pencarian data dari awal.
  3. Pencarian di Authoritative Name Server
    Dalam prosesnya, Recursive DNS akan menghubungi authoritative name server yang punya informasi lengkap tentang domain.
  4. Pengembalian Jawaban
    Setelah menemukan informasi yang pengguna butuhkan, informasi ini akan diteruskan kembali ke Resolver dan Pengguna.

Cara Setting DNS Domain

Siap mempraktekkan cara setting DNS Domain? Anda bisa melakukannya lewat fitur Zone Editor di cPanel.

Berikut adalah langkah- langkah yang perlu Anda lakukan untuk setting DNS : 

  • Login ke cPanel.
  • Cari bagian Domains, lalu pilih Zone Editor.
  • Pilih Domain, dan klik Manage.
  • Tambahkan DNS Record sesuai kebutuhan (A, AAAA, CAA, CNAME, MX, SRV, atau TXT)
  • Simpan Record.

Setelah record tersimpan, Anda perlu menunggu waktu propagasi DNS dalam 1×24 jam. Setelah propagasi selesai, artinya setting DNS telah selesai.

Kesimpulan

DNS merupakan bagian penting dari struktur internet yang memungkinkan pengguna mengakses situs dan layanan online dengan nama domain yang mudah diingat. Berkat Domain Name System, Anda tidak perlu lagi mengingat alamat website dalam format angka ala IP Address. Cukup dengan menuliskan nama domain, maka DNS akan menerjemahkannya ke alamat IP Tujuan Anda.

Dengan memahami hal ini, pastinya kita mengerti ada kompleksitas di belakang layar dari mudahnya kita mengakses sebuah laman web saat ini.

Mengenal Secara Lengkap Apa itu Whois Domain dan Whois Privacy

Mengenal Secara Lengkap Apa itu Whois Domain dan Whois Privacy

Whois Domain dan Whois Privacy mungkin adalah hal selanjutnya yang sangat ingin Anda ketahui setelah memahami apa itu domain dan hosting. Anda bisa sambil menebak- nebak juga kalau kata ini berasal dari kata bahasa Inggris “who is”, yang bila kita terjemahkan artinya “siapa yang”.

Ya, pengertian dari Whois memang erat kaitannya dengan makna singkatnya. Ini mungkin berkaitan dengan informasi dari si pemilik domain, untuk merujuk kata siapa. Yang pasti, Whois merupakan informasi penting dari sebuah domain yang mungkin bisa dilihat oleh siapapun.

Apa itu Whois Domain dan Whois Privacy?

Mencari data pemilik domain di Whois

Pengertian dari Whois adalah sebuah layanan internet yang bekerja untuk menyediakan informasi data tentang sebuah domain tertentu.

Dengan mengakses Whois, Anda bisa mengetahui info kepemilikan domain. Mulai dari nama pemilik, kontak, alamat, tanggal domain mulai digunakan, alamat dan sebagainya.

Melalui informasi ini, jika sebuah website melakukan pelanggaran hukum, maka data pemilik domain bisa tracking lebih untuk proses hukum selanjutnya.

Kata “whois” memang merujuk pada kalimat “who is” atau siapa. Namun lebih lengkapnya, who is merupakan representasi dari pertanyaan  “Who is the owner responsible for a domain name or IP address?”. Alias, siapa sih pemilik yang bertanggungjawab terhadap nama domain dan IP address ini?

Seperti yang pernah Panda jelaskan di artikel Apa itu Domain, saat membeli sebuah domain, nama domain akan didaftarkan melalui perusahaan yang kita sebut registries, yang terakreditasi oleh Internet Corporations for Assigned Name and Number (ICANN).

Sebagai pengelola ketentuan domain di seluruh dunia, ICANN bekerja mengawasi database keseluruhan di internet untuk memastikan jaringan beroperasi secara aman dan stabil. Dalam proses pendaftaran ini, registrar akan meminta pengguna untuk mengisi formulir yang berupa identitas kepemilikan domain.

Whois terdiri dari dua layanan yang berbeda, yaitu Whois Domain dan Whois Privacy. Apa perbedaan keduanya? Simak lebih lanjut di segmen di bawah ini ya!

Pengertian Whois Domain

Whois Domain merupakan sekumpulan informasi berisi data- data dari pemilik domain dimana informasi ini akan tersimpan di database khusus. Sebagai penanggungjawab, registries berperan mengelola database sekaligus proses maintenance dan perbaikan masalah.

Contoh Data Domain di Whois

Beberapa informasi kontak yang secara otomatis ditetapkan di domain antara lain : 

  • Server Name : Penanggungjawab atau pemilik domain. Data ini bisa berupa individu, organisasi atau pemerintah.
  • Billing Contact : Informasi organisasi atau individu yang berkaitan dengan rincian tagihan pembayaran domain.
  • Technical Contact : Individu atau pihak tertentu yang bisa dihubungi untuk mengatasi masalah teknis penggunaan domain.
  • Contact Administrative : Individu yang mempunyai wewenan untuk membuat keputusan dan menjawab semua pertanyaan terkait nama domain.

Pengertian Whois Privacy

Ada Whois Domain, ada pula Whois Privacy.

Ada sebagian dari kita yang mungkin khawatir jika informasi kepemilikan domain bisa diketahui dengan mudah. Untuk menghindari hal yang tidak kita inginkan, seperti alamat rumah yang bisa dilacak untuk berbagai kemungkinan cyber crime, ada fitur perlindungan yang bernama Whois Privacy Protection.

Whois Privacy ini sendiri merupakan fitur tambahan dari penyedia domain untuk melindungi informasi dan data pribadi pemilik domain. Dengan fitur privacy, pemilik bisa menyembunyikan semua data pribadi dari domain terdaftar sehingga tidak ada yang bisa melihat data kita, kecuali atas mekanisme pihak berwajib.

Dengan fitur ini, maka kita bisa meminimalisir hal- hal yang merugikan kita. Seperti pencurian data pribadi, tindakan spam, transfer fake domain, hingga phising.

Mengenal Fungsi Whois Secara Umum

Membaca penjelasan Panda di atas, sekarang saatnya mengetahui lebih lanjut apa saja fungsi dari Whois. Tentunya selain sebagai sumber informasi kepemilikan domain, Whois mempunyai berbagai fungsi lain yang bisa kita andalkan :

  • Melakukan riset nama brand atau merek dagang dari sebuah domain.
  • Membantu pengguna untuk pengecekan nama domain, apakah sudah terpakai orang lain atau belum.
  • Tool untuk mengetahui info IP address secara instan di beberapa platform.
  • Membantu aparat kepolisian dalam mekanisme penegakan hukum kejahatan internet. Seperti situs ilegal, penipuan, propaganda teroris, dan sejenisnya.
  • Meningkatkan kredibilitas domain, karena informasi yang jelas akan membuat pengguna merasa aman dalam bertransaksi.

Fungsi Whois Privacy

Fitur Whois Privacy mempunyai deretan fitur penting untuk pemilik domain. Terutama untuk Anda yang sangat aware dengan cyber security.

Jadi apa saja fungsi Whois Privacy?

Contoh Data Domain dengan Whois Privacy

Berikut beberapa poin yang bisa meyakinkan Anda : 

1. Menyembunyikan Lokasi Tinggal

Faktanya, keamanan adalah hal yang sangat penting di era digital. Membiarkan alamat rumah atau identitas Anda terekspos bisa sangat membahayakan.

Tentunya Anda tidak ingin ada kemalangan tidak terduga yang terjadi karena faktor privasi terumbar ini, kan? Itulah mengapa menyembunyikannya bisa menjadi pilihan yang penting untuk banyak orang.

2. Menghindari Pencurian Identitas

Pencurian identitas bisa terjadi saat informasi penting terekspos. Dengan Whois Privacy, kita akan melindungi data diri dari orang- orang yang ingin memanfaatkan data diri kita untuk tindak kejahatan.

Misalnya saja dengan membuat akun bodong dengan identitas yang tertera dan bertujuan melakukan penipuan.

3. Memblokir Spam

Menampilkan kontak detail terekspos sama artinya memberi celah spammer menyerang akun kita. Dengan menggunakan Whois Privacy, kita selangkah lebih baik untuk menjaga inbox dari serangan email masuk yang tak jelas asalnya.

4. Menghindari Tawaran Bisnis yang Tak Diinginkan

Untuk pemilik bisnis, tentu Anda tidak ingin sembarangan dihubungi tanpa tujuan yang jelas. Umumnya Anda hanya ingin orang- orang menghubungi sesuai kontak customer service yang tertera di website saja.

Namun tanpa Whois Privacy, Anda tidak punya kontrol penuh untuk menghindari kontak yang ingin terhubung. Bahkan tawaran bisnis yang sama sekali tidak Anda inginkan.

Tujuan  Whois

Kecuali untuk tujuan spam dan pemasaran, Whois pada dasarnya bisa kita gunakan untuk berbagai tujuan yang sah. Whois juga tidak memungkinkan pengguna untuk menjalankan proses- proses otomatis bervolume tinggi selain untuk manajemen domain.

Layanan Whois juga bisa membantu administrator jaringan dalam menemukan dan memperbaiki masalah sistem, termasuk stabilitas internet.

Whois bertujuan untuk menjaga ekosistem internet yang sehat dan aman. Dengan penggunaan yang tepat, pengguna bisa terhindar dari tindak penipuan, menentukan ketersediaan domain, hingga meminimalisir spam.

Cara Kerja Whois

Whois mempunyai cara kerja yang sederhana. Saat pertama kali membeli domain, pengguna harus mengisi informasi data diri secara lengkap sesuai dengan formulir registries.

Jika nantinya pengguna berubah alamat atau nomor telepon, maka pengguna perlu memperbarui informasi ke pihak registries. Hal ini merupakan kewajiban untuk setiap orang yang membeli domain.

Hindari untuk memberikan informasi salah atau palsu. Karena hal ini bisa membuat pihak registries menolak pendaftaran atau bahkan memblacklist kita dari layanan penyedia domain. Ini juga bisa berlaku jika kita tidak memberikan informasi terkini dari data kontak kita. Untuk itu, penting untuk memberikan informasi yang teliti agar terhindar dari kesalahan informasi.

Selain registries, ICANN juga menyimpan informasi domain kita di database mereka. Data ini akan dikelola untuk kepentingan hak dan penggunaan nama domain.

Oleh karena itu, untuk melindungi sejumlah data sensitif seperti nomor telepon dan alamat, pihak registries akan menawarkan layanan Whois Protection. Dengan mengaktifkan fitur proteksi ini, informasi sensitif ini tidak akan terekspos.

Setelah semua proses pengisian data selesai, nama domain kita akan siap digunakan. Dalam proses ini, registries berperan sebagai jembatan antara ICANN dan pembeli. Registries nanti jugalah yang bertugas memelihara DNS dan hal- hal teknis terkait dengan operasi domain.

Cara Mudah Menggunakan Whois

Ada beberapa cara yang bisa pakai untuk menggunakan Whois. Mulai dari menggunakan tool berbasis web hingga menggunakan command line.

Berikut adalah beberapa cara untuk menggunakan Whois yang bisa kita coba : 

1. Menggunakan Website Tools Whois Lookup

ICANN mengatur agar proses pencarian data Whois (Whois Lookup) menjadi sangat mudah. Salah satu yang bisa Anda gunakan misalnya Whois.com. Website ini memungkinkan Anda untuk menelusuri kepemilikan nama domain yang ingin Anda ketahui.

Setelah masuk ke website dengan layanan Whois Lookup ini, Anda bisa memasukkan nama domain yang ingin Anda telusuri, lalu Enter. Seketika Anda akan mendapatkan summary informasi kepemilikan dari domain yang Anda telusuri.

2. Menggunakan Command Line di Laptop

Cara kedua untuk menggunakan Whois adalah menggunakan Command Line di perangkat komputer kita. Jika menggunakan OS Windows, Anda bisa menggunakan Windows Command Prompt dan mengetikkan whois -v diikuti nama domain. Misalnya saja, ‘whois -v pandagila.com.’

Untuk pengguna OS Linux Anda bisa menggunakan Linux’s Lookup command. Sedangkan untuk pengguna OS Mac, Anda bisa membuka Whois query di Mac, dan ketik whois diikuti nama domain.

3. Memanfaatkan Pencarian Whois IP

Mungkinkan kita menemukan siapa yang mengontrol sebuah IP Address? Sangat mungkin!

Untuk mendapatkan informasi kontak dan lokasi geografis IP pemilik, Anda bisa menggunakan tool berbasis browser. Anda tinggal mengetikkan IP Address ke dalam kotak pencarian di IP Lookup. Kotak pencarian ini biasanya berada di lokasi yang sama dengan kotak untuk pencarian domain.

Jika pemilik tidak menggunakan Whoisguard, Anda akan bisa melihat informasi kepemilikan ditampilkan.

Kesimpulan

Sederhananya, Whois merupakan kumpulan data dan informasi kepemilikan sebuah domain. Mulai dari nama pemilik, alamat nomor telepon, email, dan sebagainya, yang bisa terlihat oleh siapapun.

Tujuan dari penggunaan Whois Domain untuk informasi data ini adalah agar saat website terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka data pemilik domain bisa dilacak untuk proses penegakan hukum.

Namun, eksposur data di internet tentu bisa menimbulkan kekhawatiran tersendiri untuk pemilik bisnis. Untuk itu, Anda bisa menggunakan fitur tambahan bernama Whois Privacy Protection. Dengan fitur proteksi ini, data- data tidak akan terlihat begitu saja, sehingga Anda kana terhindari hal- hal tidak diinginkan seperti pencurian domain atau spammer. Data kepemilikan domain hanya tidak bisa ditelusuri, kecuali melalui proses hukum oleh pihak berwajib.

Nah, ini dia informasi lengkap seputar Whois Domain dan Whois Privacy. Semoga informasi ini bermanfaat dan semakin memantapkan Anda yang sedang berburu domain.

Cara Mudah Menghubungkan Domain dan Server Hosting

Cara Mudah Menghubungkan Domain dan Server Hosting

Menghubungkan domain ke server hosting adalah langkah selanjutnya yang kita lakukan setelah berhasil membeli domain. Langkah ini disebut sebagai pengaturan domain di DNS atau konfigurasi DNS (Domain Name Server).

Ada kalanya webmaster membeli domain dan hosting di tempat yang berbeda- beda. Tidak masalah, karena penyatuan keduanya tetap mudah dilakukan melalui name server.

Nah di artikel kali ini, Panda akan secara khusus membahas tentang cara mengkaitkan nama domain ke server hosting. Mari kita simak lebih lanjut!

Persyaratan Menghubungkan Domain ke Hosting

Sebelum kita mulai langkah- langkahnya, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan perhatikan lebih dulu. Hal tersebut, yaitu :

1. Sudah Mempunyai Nama Domain

Pastikan nama domain Anda sudah siap. Biasanya orang berburu artikel cara menghubungkan domain dan hosting setelah mereka selesai membeli domain. Tujuannya tentu, mengaitkan keduanya agar website bisa live.

2. Sudah Mempunyai Akun Web Hosting

Web Hosting adalah sebuah tempat dimana semua file dan data website tersimpan, bisa diakses dan dikelola melalui jaringan internet. File dan data website ini meliputi script, aplikasi, database, gambar, email, dan video.

Hosting nantinya akan menampung file- file website yang akan diakses melalui nama domain tadi. Tentunya, Anda harus memastikan sudah melakukan konfigurasi yang tepat agar keduanya dapat terhubung.

Hosting kita gunakan dengan sistem sewa, yaitu membayar ke perusahaan provider hosting. Ada banyak jenis- jenis hosting yang bisa menjadi pilihan kita. Baik itu hosting terbaik Indonesia, maupun luar negeri.

Cara Mengarahkan Domain ke Nameserver Hosting

Menghubungkan domain ke server hosting memang hal teknis. Namun percayalah, hal ini cukup mudah dilakukan. Secara garis besar, step nya pun hanya terbagi ke dalam dua, yaitu :

  • Mengubah DNS (Domain Name Server) di domain untuk mengarah ke web hosting.
  • Menyiapkan web hosting untuk menjadi ‘rumah’ bagi domain Anda.

Simak lebih detailnya berikut ini ya :

A. Mencari Tahu Nameserver Hosting Web

Sebelum mengarahkan nama domain, langkah pertama adalah sudah mengetahui nameserver yang digunakan web hosting. Cara termudah untuk mendapatkan informasi ini adalah di email yang hosting kirimkan saat pertama kali mendaftar.

Cara mudah kedua untuk menemukan nameserver adalah dengan mengakses Client Area dari web hosting. Di pengaturan hosting Hawkhost.com misalnya, Anda bisa mengintip server nama domain di bagian Client Area > My Products & Services > Product Details.
Informasi Nameserver di Client Area Hosting

Jika kesulitan untuk menemukannya, Anda juga bisa meminta bantuan layanan hosting untuk mendapatkan informasi.

Simpan dan catat lebih dulu data nameserver ini. Anda perlu untuk menyalinnya di konfigurasi DNS nanti.

B. Mengubah DNS/ Name Server di Domain agar Mengarah ke Web Hosting

Setelah mempunyai domain, Anda bisa masuk ke website penyedia nama domain untuk melihat informasi domain Anda. Disini Anda akan mencari fitur untuk mengatur atau mengubah nameserver domain Anda.

Pada umumnya setiap domain bisa mempunyai peletakan menu yang berbeda- beda ya. Artinya, di provider yang Anda gunakan, bisa jadi mempunyai tampilan yang berbeda dari contoh gambar yang menjadi referensi Panda ini.

Untuk contoh ini Panda menggunakan penyedia domain Name.com.

Tujuan dari langkah ini sendiri adalah untuk memberi tahu domain agar mengarah ke layanan web hosting yang Anda gunakan. Sederhananya, mengubah DNS atau Name Server (NS) dari domain agar saat orang- orang mengakses domain, mereka bisa mengakses data informasi di server hosting.

Selanjutnya, ikuti langkah- langkah berikut ini :

  1. Masuk ke bagian Domain Saya atau Domain Manager.
    Menu MyDomain di Name.com
  2. Pilih domain yang akan Anda ubah pengaturan name server nya. Bisa langsung klik di nama domain atau centang di kotak nama domain, dan tap Manage/ Atur.
  3. Di menu Domain, temukan sub menu Nameserver, dan klik ‘Manage Nameserver’ 
    Domain detail untuk manage nameserver domain
  4. Edit nameserver dan update sesuai name server di penyedia layanan hosting
    Update nameserver untuk menghubungkan domain ke server hosting
  5. Pilih Update atau Simpan.

C. Konfigurasi Hosting untuk Domain Kedua di Website (Add-On Domain)

Jika domain yang Anda setting ini adalah domain kedua, alias bukan domain utama, maka membutuhkan konfigurasi tambahan di layanan web hosting. Addon Domain ini sendieir artinya adalah domain baru yang ditambahkan ke hosting dan mempunyai Uniform Resource Locator (URL) yang berbeda dari domain utama.

Konsep dari Addon Domain ini sendiri adalah menghadirkan multiple domain atau website di dalam akun web hosting yang sama. Penggunaan resource (space dan bandwidth) dari domain addon akan berbagi dengan domain utama.

Berikut adalah langkah lanjutan jika Anda mengarahkan addon domain ke hosting :

  • Login ke cPanel web hosting dengan akun Anda.
  • Setelah berhasil login, cari sub menu Addon Domain di bawah menu Domain, atau Ctrl+F dan ketik Addon Domain
    Menu Addon Domain di cPanel
  • Isi nama domain yang akan Anda hubungkan ke hosting, dan untuk document root, bisa diisi dengan /public_html/namadomainbaru. WARNING, jangan sampai hanya mengisi /public_html ya, karena ini akan menimpa data domain utama Anda.
    Konfigurasi domain di Addon Domain
  • Setelah semua field terisi, tap Add Domain.

Setelah berhasil menambahkan addon domain, Anda akan melihat domain ini berada di daftar Addon Domain seperti di gambar berikut :

Penambahan Addon Domain Berhasil

Selesai! Cukup mudah, bukan?

Propagasi Domain Membutuhkan Waktu

Sudah berhasil mengarahkan nameserver sesuai dengan informasi di hosting, kok website masih belum bisa live? Sabar, jangan panik. Propagasi domain memang membutuhkan waktu.

Propagasi domain artinya waktu yang domain butuhkan untuk tersambung dengan server hosting setelah proses konfigurasi tadi. Secara default, propagasi domain memakan waktu 1×24 jam atau 1×48 jam.

Kendati begitu, di beberapa provider domain dan hosting, proses ini bisa dalam hitungan kurang dari 6 jam.

Kesimpulan

Meskipun mengarahkan domain ke server web hosting ini terbilang tutorial teknis, tapi sebenarnya cukup mudah untuk kita praktekkan. Kuncinya hanya dua, sudah mempunyai data nameserver hosting, dan melakukan konfigurasi nameserver di penyedia domain.

Nameserver di hosting ini pun relatif sangat mudah ditemukan. Jika tidak mendapatkan informasi ini di email, Anda bisa mengaksesnya dari panel hosting atau Client Area. Namun jika masih tidak menemukannya (ini sangat jarang terjadi), Anda bisa meminta bantuan customer service dari provider hosting Anda.

Jika konfigurasi domain ini adalah untuk domain kedua dan seterusnya, alias addon domain, untuk di satu hosting, pastikan Anda mengikuti step C di tutorial di atas. Setelah itu, Anda tinggal menunggu proses propagasi domain selesai, dan taraaaa…. website Anda sudah live dan siap untuk dikelola lebih lanjut.

Semoga tutorial Panda kali ini tentang cara menghubungkan nama domain ke server hosting bermanfaat. Selamat mencoba ya, genks! 🙂

Apa itu TLD (Top Level Domain) : Pengertian, Jenis TLD dan Kegunaan

Apa itu TLD (Top Level Domain) : Pengertian, Jenis TLD dan Kegunaan

Saat memikirkan tentang website profesional, pemilihan TLD (Top Level Domain) pasti tak luput dari pertimbangan. Penggunaan TLD semata bukan karena gengsi saja, tapi sekaligus upaya untuk membangun branding secara online. Ini lah langkah awal penting dalam digital marketing.

TLD sendiri merupakan bagian akhir dari sebuah domain. Seperti .com pada pandagila.com dan .go.id pada web kemendikbud.co.id. Penggunaan ekstensi ini tentu disesuaikan dengan tujuan dan fungsi masing- masing website.

Nah, kali ini Panda akan secara lengkap mengulas tentang apa itu TLD, jenis dan kegunaannya. Yuk kita simak bersama- sama!

Apa itu TLD (Top Level Domain)?

TLD Top Level Domain

Pengertian dari Top Level Domain (TLD) adalah bagian akhir nama domain yang terletak usai tanda titik atau “dot” terakhir pada domain. Karena top-level domain ini berada di bagian akhir nama domain, ini kita kenal juga dengan nama domain suffix.

Seperti yang pernah Panda ulas sebelumnya tentang apa itu domain, nama domain ini sendiri dibagi menjadi tiga level :

  • Subdomain (Third-level domain), merupakan bagian alamat website yang letaknya di bagian depan atau kiri.
  • Second-level domain (SLD), yang merupakan nama dari domain itu sendiri, letaknya di bagian tengah.
  • Top level domain, merupakan ekstensi dari domain yang letaknya di bagian akhir atau paling kanan nama domain.

Sebagai gambaran, coba perhatikan berikut ini :

TLD, SLD dan 3LD dalam domain

TLD sendiri terdiri dari dua kategori yang berbeda, yaitu Country-Specific Top Level Domain dan General Top Level Domain.

General TLD merupakan ekstensi domain yang umum tanpa identifikasi lokasi. Sedangkan Country-Specific TLD adalah domain yang menampilkan identitas negara dan mengidentifikasikan bahwa konten ditujukan untuk masyarakat dari negara tersebut.

The Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) sudah merilis lebih dari 2000 TLD sejak tahun 2014. Jumlah ini akan semakin bertambah seiring meningkatnya penggunaan website yang semakin bervariasi.

Untuk melihat daftar lengkap TLD yang pernah ada, Anda dapat mengunjungi website Internet Assigned Number Authority (IANA). IANA Merupakan salah satu cabang ICANN yang bekerja menghubungkan TLD dengan IP Address.

Fungsi dan Kegunaan TLD

Secara umum, domain berfungsi sebagai identitas website. Untuk memperkuat identitas tersebut, penting untuk pebisnis memilih TLD yang tepat. Pasalnya, secara tidak langsung TLD bisa menggambarkan tentang fungsi dan tujuan sebuah website.

Misalnya saja penggunaan domain .edu yang menggambarkan bahwa website adalah milik institusi pendidikan. Atau domain .go.id yang menggambarkan situs milik pemerintah Indonesia.

Dari sekian banyak pilihan, TLD paling populer adalah .com. Ekstensi domain ini telah digunakan lebih dari 40% dari banyak domain yang terdaftar di internet.

Mengenal Jenis- jenis TLD (Top Level Domain)

Hal- hal yang harus dilakukan setelah membeli domain baru

Saat menjalankan bisnis secara online, penting sekali untuk memilih ekstensi domain yang tepat sesuai dengan bisnis yang sedang kita jalankan. Jenis- jenis TLD pun sebenarnya cukup beragam, seperti gTLD, ccTLD, NgTLD, sTLD, dan lain sebagainya.

Kendati begitu, setidaknya ada empat jenis TLD yang paling populer dan sering digunakan :

1. Generic Top Level Domain (gTLD)

Seperti namanya, gTLD adalah jenis TLD yang sangat umum dan siapa saja bisa menggunakannya. Berikut adalah beberapa contoh TLD yang populer :

  • .com : untuk website komersil dan bisa untuk berbagai tujuan.
  • .org : untuk organisasi.
  • .net : untuk jaringan (network), namun juga bisa digunakan perusahaan online hingga project pribadi..
  • .bix : untuk bisnis.
  • .info : untuk situs terkait informasi.
  • .edu : untuk lembaga pendidikan.
  • .co : untuk sebuah perusahaan.
  • .biz : untuk nama perusahaan.

Selain gTLD yang sudah umum di atas, ada juga gTLD khusus yang sifatnya lebih fleksibel. Ekstensi ini bisa berupa merek atau produk terkenal, seperti :

  • .google
  • .android
  • .basketball
  • .motorcycle

2. Country Code TopLevel Domain (ccTLD)

Country Code TLD adalah jenis TLD yang mencantumkan kode ISO lokasi atau wilayah pada domainnya. Kode ISO ini sendiri merupakan kode dua huruf yang menjadi identitas dari suatu negara atau wilayah.

Beberapa ccTLD ini antara lain :

  • .cn China
  • .de Jerman
  • .eu Uni Eropa
  • .es Spanyol
  • .fr Prancis
  • .in India
  • .id Indonesia
  • .jp Jepang
  • .us Amerika Serikat
  • .uk Inggris

Penggunaan jenis TLD ini cocok jika Anda ingin menargetkan audiens spesifik dari negara tertentu. Misalnya saat target Audiens Anda hanya berasal dari Indonesia, maka Anda bisa menggunakan domain .id.

3. Sponsored Top-Level Domain (sTLD)

sTLD adalah jenis generic top-level domain yang kerap digunakan oleh organisasi privat atau khusus. User biasanya ingin mendaftarkan situsnya menggunakan TLD ini karena terikat dengan aturan tertentu.

Contoh dari sTLD ini antara lain :

  • .gov  – untuk situs pemerintahan AS
  • .edu  – untuk institusi pendidikan
  • .mil  – untuk militer AS
  • .int  – untuk tujuan yang terkait dengan organisasi perjanjian internasional
  • .mobi  – untuk website produk dan jasa mobile
  • .jobs  – untuk perusahaan atau organisasi hukum
  • .tel  – untuk situs web layanan komunikasi internet
  • .travel – untuk situs perjalanan/ travel
  • .post  – untuk situs layanan pos
  • .asia  – untuk website yang berada di wilayah Asia-Pasifik

4. Infrastructure Top-level Domain

Infrastructure Top-level Domain saat ini hanya terdiri dari satu ekstensi domain saja, yaitu ARPA. ARPA (Address and Routing Parameter Area) adalah domain yang IANA sediakan untuk IETF ( Internet Engineering Task Force) dengan tujuan mengelola isu teknis infrastruktur.

Karena sangat teknis, hanya website tertentu saja lah yang menggunakan ekstensi .arpa untuk situs mereka.

Cara Memilih Ekstensi Domain yang Tepat untuk Website

Secara ringkas, TLD atau Top Level Domain adalah akhiran dari sebuah nama domain. Setiap TLD bisa mengidentifikasi tujuan dari situs, dan bahkan lokasi geografisnya.

Setelah mengenal apa itu TLD dan juga jenis- jenisnya, menentukan ekstensi domain yang tepat untuk website menjadi lebih mudah. Kendati begitu, ada beberapa tips tambahan yang perlu Anda terapkan saat memilih nama domain yang tepat.

Setidaknya ada 13 tips yang bisa Anda terapkan untuk memilih nama yang tepat untuk website Anda. Anda dapat membacanya di artikel Panda : 13+ Tips Memilih Nama Domain yang Baik & Tepat untuk Website.

Semoga bermanfaat ya!